Advertisement

Main Ad

BUNYI YANG SEPI [Bagian I]



Malam pun tiba keadaan yang ada ikut terlihat gelap, terasa dingin pun datang menyapa pada tubuh yang kurus karena jatah pengiriman menipis, lampu-lampu pun dinyalakan untuk meneragi malam yang gelap. Suara-suara manusia ikut pula termakan oleh suasana malam, seakan menjadi kewajiban bahwa bunyi suara harus di kurangi volumenya agar supaya tidak menganggu manusia yang lain pada terlelap tidur karena kacapean seharin menghabiskan waktu dibelakang tembok-tembok kerakusan, maaf meyingungmu tetangga.

Ada juga yang belum balik dari tempat kerja, ada juga belum pulang seminggu dan ada pula yang baru keluar untuk menghibur diri ditempat keramaian kota, bahkan teman sekamar aku pun menghilang dari kota ini, untuk menyelesaikan satu masalah yang belum dia sempat atasi sebelumnya di seberang timur jauh, tempat lahir istrinya yang baru saja melaksanakan pernikahan. Maaf tidak ikut denganmu kawan, mungkin lain kali saja..hehe bercanda.

Dingin, iyah dingin! Tak ada alpanya rasa yang satu ini, semakin larut malam, makin mengigil tubuh ini, terasa sudah aku balutkan dua selimut di tubuhku tapi cara ini tidaklah manpan untuk menyingkirkan shi brengsek ini dari tubuhku. Rasa-rasa aku ingin berteriak saja biar semua pada bangun untuk memarahiku, tapi setelah aku pikirkan kembali cara ini tak pantas bagi seseorang yang berpendidikan. Ciee berpendidikan, rasanya lucu dhe..enggak bagus ngomong kaya gitu nanti dosa lho, iih takut aku.

Sudah lebih dari dua tahun aku berada di kota ini setelah lari dari rumah karena seorang Ayah yang tak meyetujui lagi jika aku melanjutkan kuliah, paska sempat berhenti sesaat sebab ada sedikit masalah.

Ah, Lupakan saja nanti di lain waktu akan aku tuliskan bagian ini di halaman yang berbeda..!
******
Ingatanku tentang kampung halaman terus terpaku dalam kepala ini, sudah berbagai cara untuk memalingkan isi kepalaku agar kiranya dapat sedikit mengurangi shi sial ini dari otak ini.
Kota berbanding balik dengan suasana kampung, segalanya harus dengan uang. Air saja bermerek dengan segala varian, ada yang berbotol besar, sedang dan kecil, untuk mendapatkannya butuh kertas-kertas bergambar para pahlawan yang diganti bila sudah kadar luasa menurut undang-undang yang ada, entahlah, betul atau tidak, tak ada urusannya dengan aku.

_______
Penulis : Ichwan Taba


Post a Comment

0 Comments